mereka membutuhkan orang tua yang memahami, mencintai, dan tidak menyerah...sebab, dibalik segala masalah yang tampak, mereka adalah anak-anak yang istimewa (kompas, 12-3-2011)

Senin, 12 Maret 2012

ADHD

Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan.

Epidemiologi
Angka kejadian ADHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga lebih dari 5 %. Dimana dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Di Amerika penelitian menunjukan kejadian ADHD mencapai hingga 7 %.

Patogenesis
Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme).

1. Faktor lingkungan/psikososial
  • Konflik keluarga.
  • Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai.
  • Jumlah keluarga yang terlalu besar.
  • Orang tua terkena kasus kriminal.
  • Orang tua dengan gangguan jiwa (psikopat).
  • Anak yang diasuh di penitipan anak.
  • Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal distress, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok saat hamil, dan alkohol.

2. Faktor genetik
Terdapat mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor dopamin (D2 dan D4) pada kromosom 11p.

3. Gangguan otak dan metabolisme

Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmiter dopamin dan epinefrina. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki risiko hingga 2-8 x terdapat gangguan ADHD. Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmiter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri.

Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya ADHD

Gejala Klinis
Gejala yang timbul dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat, gejala ADHD sudah dapat dilihat sejak usia bayi, gejala yang harus dicermati adalah sensitif terhadap suara dan cahaya, menangis, suka menjerit dan sulit tidur. Waktu tidur yang kurang sehingga bayi seringkali terbangun. Sulit makan ASI dan minum ASI. Tidak senang digendong, suka membenturkan kepala dan sering marah berlebihan. Keluhan yang terlihat pada anak yang lebih besar adalah, tampak canggung, sering mengalami kecelakaan, perilaku berubah-ubah, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak-anak lainnya, kurang konsentrasi, tidak bisa diam, mudah marah, nafsu makan buruk, koordinasi mata dan tangan tidak baik, suka menyakiti diri sendiri dan gangguan tidur.

Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang nampak pada perilaku seorang anak.

3 Gejala Utama ADHD

1. Inatensi
Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian. Seperti,
  • Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas.
  • Mainan, dll sering tertinggal.
  • Sering membuat kesalahan.
  • Mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).

2. Hiperaktif
Perilaku yang tidak bisa diam. Seperti,
  • Banyak bicara.
  • Tidak dapat tenang/diam, mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak.
  • Sering membuat gaduh suasana.
  • Selalu memegang apa yang dilihat.
  • Sulit untuk duduk diam.
  • Lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia.
3. Impulsive
Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar). Seperti,
  • Sering mengambil mainan teman dengan paksa.
  • Tidak sabaran.
  • Reaktif.
  • Sering bertindak tanpa dipikir dahulu.

Gejala-gejala Lain

4. Sikap menentang
seperti,
  • Sering melanggar peraturan.
  • Bermasalah dengan orang-orang yang memiliki otoritas.
  • Lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia).
5. Cemas
seperti,
  • Banyak mengalami rasa khawatir dan takut.
  • Cenderung emosional.
  • Sangat sensitif terhadap kritikan.
  • Mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.
  • Terlihat sangat pemalu dan menarik diri.
6. Problem sosial
seperti,
  • Hanya memiliki sedikit teman.
  • Sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.

Riwayat yang Diduga ADHD

1. Masa baby – infant
  • Anak serba sulit
  • Menjengkelkan
  • Serakah
  • Sulit tenang
  • Sulit tidur
  • Tidak ada nafsu makan
2. Masa prasekolah
  • Terlalu aktif
  • Keras kepala
  • Tidak pernah merasa puas
  • Suka menjengkelkan
  • Tidak bisa diam
  • Sulit beradaptasi dengan lingkungan
3. Usia sekolah
4. Remaja
  • Tidak dapat tenang
  • Sulit untuk berkonsentrasi dan mengingat
  • Tidak konsisten dalam sikap dan penampilan

Tatalaksana

Terapi yang diberikan untuk tatalaksana pasien ADHD harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dari Edukasi dengan keluarga, terapi perilaku hingga terapi dengan obat-obatan farmasi. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah,

Terapi obat-obatan
Terapi penunjang terhadap impuls-impuls hiperaktif dan tidak terkendali, biasanya digunakan antidepresan seperti Ritalin, Dexedrine, Desoxyn, Adderal, Cylert, Buspar,  dan Clonidine.

Terapi nutrisi dan diet
Keseimbangan diet karbohidrat protein

Terapi biomedis

Terapi perilaku
Terapi perilaku membantu anak dengan ADHD untuk mempunyai kemampuan beradaptasi dan memperbaiki kemampuan untuk memecahkan masalah.

Sumber: Wikipedia

Senin, 05 Maret 2012

Mengenal Gejala ADHD Lebih Dekat


Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan sebutan dari sebuah tipe perilaku yang banyak ditemukan pada anak dan juga orang dewasa. 

Seorang anak yang mengalami ADHD akan sulit memberikan perhatian atau berkonsentrasi, baik di sekolah atau di rumah. Anak dengan ADHD mungkin jauh lebih aktif dan/atau impulsif daripada yang biasanya dilakukan oleh anak seusia mereka. 

Perilaku ini menjadi penyebab masalah yang signifikan saat menjalin hubungan, belajar, dan berperilaku. Oleh karena itu, anak-anak yang memiliki ADHD kadang-kadang terlihat sebagai “anak yang sulit” atau memiliki masalah dengan perilaku mereka.

ADHD lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. ADHD sebelumnya dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (ADD). Pada tahun 1994, ADD diubah oleh American Psychiatric Association (APA) menjadi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Gejala ADHD

Anak dengan ADHD yang inattentive biasanya akan memiliki 6 atau lebih dari gejala berikut:
  • Mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk
  • Mengalami kesulitan dalam menjaga perhatian pada pekerjaan atau kegiatan bermain baik di sekolah maupun di rumah
  • Kehilangan hal-hal yang diperlukan (peralatan, dll) untuk kegiatan di sekolah dan di rumah
  • Tidak mau mendengarkan orang lain
  • Tidak memberikan perhatian terhadap sesuatu dengan lebih detail
  • Terlihat berantakan atau kacau
  • Memiliki masalah dengan tugas-tugas yang membutuhkan perencanaan
  • Lupa terhadap banyak hal
  • Mudah terdistraksi atau teralihkan perhatiannya

Anak dengan ADHD yang hiperaktif / impulsif akan memiliki setidaknya 6 dari gejala berikut:
  • Gelisah
  • Berlari atau memanjat dengan tidak semestinya
  • Tidak bisa bermain dengan tenang
  • Memberikan jawaban yang tidak jelas
  • Suka menginterupsi orang lain
  • Tidak bisa tinggal diam di tempat
  • Berbicara terlalu banyak
  • Selalu bergerak, tidak pernah diam
  • Bermasalah jika harus menunggu giliran

Anak-anak yang mengalami ADHD akan menampakkan gejala – gejala tersebut di atas minimal selama 6 bulan.

Sumber: http://oketips.com/3817/tips-parenting-mengenal-gejala-adhd-lebih-dekat/